Buletinkita.com – Permintaan terhadap kendaraan listrik (EV) terus meningkat, dengan proyeksi produksi baterai kendaraan listrik mencapai 8.800 GWh pada tahun 2040. Kenaikan ini menuntut perhatian terhadap pengamanan pasokan bahan baku baterai.
Negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, memiliki potensi besar dalam penyediaan bahan baku baterai seperti nikel, bauksit, dan timah.
Reynaldi Istanto, Direktur Hubungan Kelembagaan Indonesia Battery Corporation (IBC), menekankan bahwa potensi ini dapat dimanfaatkan melalui kolaborasi regional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan inovasi teknologi, serta mendukung transisi menuju energi berkelanjutan.
IBC mengusulkan tiga bidang fokus untuk kolaborasi:
1.Pengembangan industri baterai berbasis nikel.
2.Rantai pasokan untuk hilirisasi bahan baku dan produksi baterai.
3.Pengembangan industri baterai terintegrasi, dari penambangan hingga manufaktur EV.
Indonesia Battery Corporation (IBC), yang didirikan pada 2021, berkomitmen untuk mengembangkan industri baterai terintegrasi dari hulu ke hilir. IBC fokus pada pengolahan nikel dan material baterai penting lainnya, dengan target menjadi pemain kunci dalam ekosistem kendaraan listrik global pada tahun 2030.
IBC berencana untuk mempercepat adopsi EV dan sistem penyimpanan energi (ESS) di Indonesia dan terus menjalin kemitraan global serta terbuka untuk kolaborasi dengan pemain ASEAN. Kolaborasi ini diharapkan memperkuat ekosistem EV di kawasan regional.
Leave a Reply